Kabar PaudInspirasi
Titik Isnani, Pendiri PAUD Inklusi Tersenyum Selama Pandemi Covid-19 Dari Kursi Roda Kunjungi ABK
Dihubungi melalui sosial media Intagram yang dimiliki, pertengahan Oktober 2020, Titik Isnani dengan cepat membalas pesan singkat (direct massage) Tim Penulis Buku Praktik Baik PAUD Inklusi 2020. “Siap mas, apa kabar? Lama enggak berkabar? Sehat-sehat dan jaga kondisi ya mas.”
Pesan tersebut dikirim Titik Isnani dari kediamannya di Boyolali, Jawa Tengah. Setahun lalu, wanita yang melakukan mobilitas dari atas kursi roda itu berhasl meraih penghargaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam gelaran Anugerah PAUD 2019.
Setelah memberikan nomor telpon dan dapat terhubung dengan mbak Titik Isnani, pembicaraan terkait pelaksanaan program PAUD ditengah pandemic Covid-19 mengalir. Titik mengaku sedih karena dirinya tidak bisa berinteraksi dengan para murid kesayanganya, khususnya anak berkebutuhan khusus. “Biasanya saya selalu memberikan pelukan hangat buat mereka, sekarang tidak bisa lagi. Sedih rasanya tidak bisa memeluk lagi mereka seperti dulu karena itu yang mereka butuhkan anak-anak berkebutuhan khusus,” ujarnnya.
Sekarang ini, Titik dengan mengendari sepeda motor roda tiga hasil modifikasi keluarganya harus mengunjungi peserta didiknya dari rumah ke rumah didampingi satu atau dua orang guru temannya. “Mereka satu persatu saya kunjungi, tentunya mengikuti protokol kesehatan dengan mengikuti aturan 3M, menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun di air mengalir,” katanya.
Quote :
Sedih rasanya tidak bisa memeluk lagi mereka seperti dulu karena itu yang mereka butuhkan anak-anak berkebutuhan khusus
Meskipun begitu, Titik Isnani mengaku bersyukur dan berterimakasih kepada pemerintah khususnya Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini karena perhatian serta komitmen terhadap upaya melayani anak-anak berkebutuhan khusus sangat terlihat melalui sejumlah programnya.
“Sekolah kami belum dapat BOP karena perizinannya belum selesai. Padahal kami sudah jalan lima tahun. Saya berterimakasih meski kami belum menerima Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) saya dengar dari banyak guru-guru dan anak-anak PAUD di tempat lain mereka sangat terbantu. Semoga kedepan pemerintah dapat lebih banyak lagi memberikan perhatian,” katanya.
Dijelaskan oleh Titik, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) perlu memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus. Hal ini dikarenakan mengingat mereka memiliki hambatan internal antara lain fisik, kognitif dan sosial-emosional. Pendidikan bagi anak tersebut dapat di lakukan baik dalam system segregatif di Taman Kanak-kanak luar biasa (TKLB) maupun system inklusif pada sekolah umum/regular yang menyelenggarakan pendidikan inklusif.
Kategori ABK disini adalah peserta didik yang mengalami hambatan visual impairments, hearing impairment, mental retardation, physical and health disabilities, communication disorders, slow learner, learning disabilities, gifted and talented, ADHD, autis dan multiply handicapped.
Pendidikan inklusif memiliki ciri-ciri antara lain:
- ABK belajar bersama-sama dengan anak rata-rata lainnya;
- setiap anak memperoleh layanan pendidikan yang layak, menantang dan bermutu;
- setiap anak memperoleh layanan pendidikan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya;
- sistem pendidikan menyesuaikan dengan kondisi anak
Pendidikan inklusif memiliki keuntungan antara lain:
- dapat memenuhi hak pendidikan bagi semua orang (education for all);
- mendukung proses wajib belajar;
- pembelajaran emosi-sosial bagi ABK;
- pembelajaran emosi-sosial-spiritual bagi anak rerata lainnya;
- pendidikan ABK lebih efisien
Raih Penghargaan
Senyum lebar perempuan penyandang tunadaksa di kursi roda itu lepas. Roman kebahagiaan terpancar dari wajahnya yang bersahaja. "Akhirnya saya bertemu mas wartawan yang jadi juri. Terima kasih banyak, ya mas sudah memilih saya sebagai Pegiat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 2019," tuturnya. "Bisa diceritakan bagaimana mas menemukan saya?"
Titik Isnani, perempuan 34 tahun itu terpilih sebagai Pegiat PAUD 2019. Bersama sepuluh orang dari sejumlah daerah di Indonesia, ia memperoleh penghargaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim.
Titik penyandang disabilitas dengan segala keterbatasannya sukses membangun dan menjadi pengajar PAUD Inklusi atau PAUD untuk anak berkebutuhan khusus di daerahnya, Boyolali. "Saya tidak kuasa menahan haru menerima penghargaan dan mendapat perlakuan seperti selebritis ini," kata Titik.
PAUD Inklusi Tersenyum yang dikelola oleh Titik bersama dengan beberapa rekannya mengusung konsep pendidikan inklusi yang berbasis masyarakat. Selain memberikan pendidikan bagi anak-anak Difabel dan non-Difabel, dia juga memberikan bekal keterampilan bagi para ibu dan perempuan di lingkungannya.
Selain menunggu anak-anak selama mengikuti proses belajar-mengajar, para orangtua juga memiliki kegiatan yang berguna untuk mendukung perekonomian keluarga.
Selain itu, lembaga pendidikan yang berdiri sejak 2015 lalu ini juga menggandeng berbagai pihak dalam menyediakan pendidikan sekaligus terapi bagi anak Difabel. Beberapa pihak yang telah bekerjasama di antaranya Bidan Desa, pemerintah Desa dan Kecamatan, asosiasi terapis, dan lain-lain.
Keterbatasan fisik tak membuat Titik Isnaini di Boyolali, Jawa Tengah, terpuruk. Perempuan berkebutuhan khusus itu terus berkarya di bidang pendidikan untuk anak usia dini. Kemendikbud memberikan apresiasi khusus kepadanya.
Isnaini mendirikan sekolah pendidikan anak usia dini (PAUD) di rumahnya di Ringinlarik, Kecamatan Musuk, Boyolali. Sekolahnya diberi nama PAUD Inklusi Tersenyum.
Sekolah yang didirikan pada 2015 itu saat ini memiliki 13 siswa. Meski diberi nama PAUD Inklusi, tetapi tidak semua siswanya merupakan anak berkebutuhan khusus (ABK). Tetapi juga ada yang non-ABK.
"Siswanya sekarang ada 13, mencakup beberapa ABK dan non-ABK. Yang ABK ada down syndrome, netra, ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), ada autism juga. Salah satu yang kemarin baru masuk itu daksa," kata Titik Isnain. Siswanya sekarang ada 13, mencakup beberapa ABK dan non-ABK. Yang ABK ada down syndrome, netra, ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), ada autism juga. Salah satu yang kemarin baru masuk itu daksa," kata Titik Isnaini,
dangkan siswa non-ABK ada 4 orang. PAUD Inklusi Tersenyum memiliki tiga guru. Selain Isnaini sendiri, ada dua guru lainnya.
"Gurunya ada 3, yang satu nondifabel, saya, dan satunya daksa," jelas Isnaini.
Untuk siswa yang non-ABK, pelajaran yang diberikan sesuai dengan kurikulum dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Sedangkan untuk siswa ABK disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa.
Atas perjuangannya di bidang pendidikan anak usia dini, khususnya bagi anak berkebutuhan khusus tersebut, Titik Isnaini mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu Apresiasi Pegiat PAUD, yang diterimanya pada 7 November 2019.
"Iya, jadi alhamdulillah, dari 32 provinsi, saya salah satu yang mendapatkan apresiasi di bidang pegiat PAUD. Kebetulan dari 32 provinsi ada 10 orang, dari beberapa teman disabilitas kebetulan dari saya dan Blora, selebihnya umum," ujarnya.
Isnaini mengungkap alasan pendirian PAUD Inklusi Tersenyum. Menurut dia, itu merupakan bentuk 'balas dendam'-nya karena dirinya tidak pernah mengenyam pendidikan formal sejak kecil. Dengan PAUD yang didirikannya, dia berharap anak-anak, khususnya ABK, mendapatkan hak pendidikan sejak kecil.
Semangatnya untuk mendapatkan pendidikan dan bersosialisasi layaknya masyarakat yang lain membuat Titik Isnani bangkit. Jiwanya berontak. Bersama komunitasnya, penyandang difabel ini akhirnya mendirikan PAUD Inklusi.
"Itu balas dendam pribadi karena dulu saya tidak pernah sekolah sampai sekarang, jadi harapan saya anak-anak yang masih kecil ini hak untuk pendidikan harus diberikan, karena pada masa kecil saya dulu, kebanyakan ABK tidak mendapatkan pendidikan selayaknya. Harapannya nanti setelah dewasa dia lebih mandiri, lebih punya ilmu banyak, lebih punya bekal untuk masa depan," ungkap dia. Isnaini juga terus aktif dalam berbagai kegiatan bersama komunitasnya. Dia pun mandiri dalam menjalani aktivitas kesehariannya. Untuk bepergian, Isnaini, yang menggunakan kursi roda, mengendarai sepeda motor yang sudah dimodifikasi menjadi roda.
Sumber : Best Practice PAUD Inklusif Direktorat PAUD
2022-07-13 | 19:46:00
InfoTerkini
Kemendikbudristek Dorong Dinas Pendidikan Berkolaborasi Susun Strategi Pendampingan Sekolah Tingkatkan Kualitas Layanan
Berita 2024-04-26 | 13:00:00
PAUDPEDIA —- Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan Kebuda...
selengkapnyaTransformasi Digital Membutuhkan Dukungan dan Komitmen Ekosistem Pendidikan
Berita 2024-04-26 | 10:30:00
Jakarta, Kemendikbudristek — Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen) Kementerian Pendi...
selengkapnyaMenumbuhkan Kesadaran Beragama pada Anak Usia Dini
Ruang Artikel 2024-04-26 | 10:05:00
PAUDPEDIA — Ayah, Bunda dan Sobat PAUD, Pengenalan agama merupakan bagian penting dalam membantu anak memahami nilai-nilai agama, membangun hubungan positif dengan Tuhan dan se...
selengkapnyaBimtek Pendampingan Sekolah Regional 1, Tingkatkan Kualitas Layanan Pendidikan Diikuti 51 Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
Berita 2024-04-23 | 19:25:00
PAUDPEDIA — Sebanyak 51 pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten dan Kota menghadiri selengkapnya