Berita
Melebur, Menginspirasi, Mengubah Perilaku Orang Tua dan Anak di Parung Bogor
Guru Kreatif 2022-04-19 | 10:45:00
PAUDPEDIA—Ayah Bunda dan Sobat PAUD, tumbuh kembang anak tidak terlepas dari dukungan kita sebagai orang dewasa. Bukan hanya orang tua, melainkan semua individu anggota masyarakat setempat, organisasi pegiat, maupun pemerintah. Meski demikian, kita juga tidak berhak menuntut atau memaksa orang lain untuk melakukannya, tetapi kita lah yang bisa memulainya terlebih dahulu, tentunya dengan niat yang tulus dan ikhlas.
Saya sangat bersyukur dengan kehadiran PAUDPEDIA ini, sehingga saya dapat berbagi pengalaman terkait praktik pendidikan anak usia dini yang saya lakukan di TBM (Taman Belajar Masyarakat) dan PAUD Nurul Qalbu, Parung, Bogor. Pertama-tama saya ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada Ayah Bunda dan Sobat PAUD, nama saya Kiswanti, saya lahir di Yogyakarta, tanggal 4 Desember 1967.
‘Kaki Menginjak Lumpur, Tangan Menjangkau Mall’
Parung Bogor berada kurang lebih sekitar 30 km dari kota, jadi ini termasuk daerah yang lumayan terpelosok. Pada tahun 1993, ketika saya baru pindah ke wilayah ini, masih banyak ibu-ibu yang tidak bisa membaca, masih banyak warga yang terlibat dalam bisnis prostitusi, dan anak-anak tidak mendapatkan pendidikan serta perhatian yang layak dari orang tua. Situasi tersebut salah satunya – dan terutama – dipicu oleh kondisi ekonomi yang sulit, sehingga orang tua tidak memprioritaskan perkembangan anak, dan membuat dunia anak jauh dari pendidikan dan stimulasi yang layak. Anak-anak saat itu juga berperilaku kurang etis, misalnya kerap melontarkan kata-kata kasar, menghina teman, memanggil teman dengan nama ejekan, dan kurang bisa menempatkan diri.
Meski wilayah ini berada agak jauh dari perkotaan dan tingkat ekonominya masih rendah, tetapi pengaruh gaya hidup kota sangat dekat dengan warga Parung, Bogor ini. Ibaratnya ‘kaki menginjak lumpur, tetapi tangan menggapai mall’. Saya sungguh khawatir, jika orang tua dan orang dewasa di lingkungan ini tidak menanamkan pondasi yang kuat di dalam diri anak, sangat mungkin mereka mengalami gegar budaya, kehilangan arah dan goyah nilai-nilai normatifnya, akibat kesenjangan ekonomi dan sosial.
Titik Awal Mempromosikan Pentingnya Membaca Buku
Saya sangat prihatin menyaksikan kondisi tersebut, dan segera berinisiatif melakukan perubahan. Meski saya sendiri hanya tamatan SD, mulai tahun 1997 saya gencar mempromosikan pentingnya buku bacaan bagi anak. Saat itu saya masih berprofesi sebagai asisten rumah tangga dan penjual jamu, yang rajin menyisihkan penghasilkan untuk membeli buku. Di masa itu, saya juga aktif sebagai kader Posyandu dan kesempatan itu saya gunakan untuk secara rutin membawakan buku untuk dilihat dan dibaca oleh anak-anak serta orang tuanya. Agar bisa mengumpulkan uang untuk membeli buku bacaan anak, saya melakukan puasa selama 10 hari setiap bulannya, dimana selain untuk memenuhi ibadah, penghematan anggaran makan selama hari-hari puasa tersebut.
Lebih jauh, saya kemudian menjadikan kegiatan membaca buku dan mendongeng sebagai aktivitas rutin di PAUD. Baca buku dan mendongeng menjadi kesempatan untuk mengenalkan aksara pada anak. Untuk mengenalkan literasi dasar kepada anak-anak, saya membacakan buku sambil mencelupkan kayu atau ranting ke dalam arang (di wilayah ini banyak pembuat arang), kemudian diikuti anak-anak menggoreskan kayu tersebut di atas tanah sambil membentuk huruf. Saya terus mencari cara untuk menciptakan kegiatan belajar pengenalan huruf secara menyenangkan, misalnya membuat wayang untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, dan melebur dengan kegiatan sehari-hari anak. Orang tua pun lambat laun dilibatkan dalam aktivitas membaca dan mendongeng, agar mereka juga tahu materi yang disampaikan dan dapat menerapkannya kembali di rumah masing-masing.
Literasi yang Dimaknai Secara Luas
Keterampilan literasi, perlu kita sadari tidak hanya terbatas pada kegiatan membaca buku bacaan saja, namun juga termasuk pemahaman akan sebuah konsep dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah mengenalkan perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan. Semula, orang dewasa di wilayah ini menyamarkan istilah kelamin laki-laki dan perempuan, jika terpaksa harus menjelaskannya pada anak. Kelamin anak perempuan diistilahkan sebagai ‘dompet’ sedangkan kelamin anak laki-laki disebut sebagai ‘burung’. Analogi yang tidak tepat ini membingungkan anak, dan mengacaukan konsep mengenai makna yang sebenarnya akan apa itu dompet atau apa itu burung. Saya pun mulai mengenalkan bagian-bagian tubuh kepada anak-anak, dengan menggunakan istilah baku yang sebenarnya. Saya juga tidak bosan menegaskan kepada mereka bahwa bagian-bagian tubuh ini tidak boleh dilihat dan disentuh oleh orang lain. Anak yang mampu memahami diri dan organ tubuhnya sendiri, akan memiliki kemampuan untuk menjaga diri dengan lebih baik dan menghindarkan dirinya dari pelecehan seksual.
Selain itu, anak-anak dibiasakan untuk mengenali lingkungannya dan melihat potensi apa yang bisa dilakukan atau dikembangkan di tempat ini. Misalnya mendorong anak untuk membantu orang tua mereka dalam memanfaatkan lahan kosong untuk bercocok tanam, memanen kangkung, dan memasaknya bersama. Jika anak terungkap tidak suka makan kangkung, di sinilah peran guru PAUD dalam menjelaskan pentingnya sayur dan membangun sugesti agar anak mau memakannya. Selain membantu menyadarkan anak bahwa dirinya adalah bagian dari sistem sosial, anak juga mulai memahami makna kerja, disiplin dan kemandirian yang ditanamkan sejak dini melalui kegiatan-kegiatan ini.
Biasanya, keesokan harinya, guru PAUD akan menanyakan kepada anak tentang tugas yang telah mereka lakukan di rumah. Dalam beberapa bentuk tugas lainnya, guru bahkan menanyakan dan mengonfirmasi pemenuhan tugas anak tersebut kepada tetangga atau warga sekitar. Hal ini merupakan salah satu bentuk pelibatan masyarakat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Inisiatif dan Kerjasama Guru-Orang Tua di Masa Pandemi
Berbagai kegiatan dan pencapaian yang terjadi setiap harinya, tidak terlepas dari kerjasama antara guru dan orang tua. Terutama di masa pandemi ini, dimana kegiatan belajar-mengajar tidak bisa dilakukan secara tatap muka di satuan PAUD.
Keluarga peserta didik kami, tidak semuanya mampu secara ekonomi dan memiliki perangkat teknologi. Jarang sekali ada keluarga yang memiliki laptop di rumah, perangkat genggam seperti handphone pun harus digunakan secara bergantian. Oleh karenanya, guru berinisiatif mengundang orang tua untuk berkunjung ke sekolah dalam kelompok kecil, yang terbagi dalam waktu-waktu berbeda untuk menghindari kerumunan. Guru memberikan materi tugas yang harus dikerjakan anak di rumah dengan dampingan orang tua. Para guru terbuka setiap saat jika ada orang tua yang ingin bertanya atau berkonsultasi tentang apa dan bagaimana pembelajaran diberikan pada anak.
Tugas-tugas rumah yang diberikan pun dikemas menarik dan dibuat sederhana, supaya anak dan orang tua terus semangat. Misalnya orang tua diminta untuk melibatkan anak dalam kegiatan masak, dan ambil bagian dalam pekerjaan ringan seperti mencuci sayur atau mengambil bumbu-bumbu dapur. Sambil memasak, anak dijelaskan tentang jenis-jenis sayuran, atau membaca kata-kata sederhana yang ada di kemasan bumbu, dan lain-lain.
Orang tua juga diminta untuk menyusun jadwal kegiatan harian selama seminggu bersama anak, dimana anak juga dilibatkan di tahap perencanaannya. Harapannya, sang anak belajar berpikir kritis, berani berpendapat, dan bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Di lain sisi, orang tua mendapat jatah piket harian untuk membantu kegiatan di sekolah dan berkoordinasi dengan guru PAUD.
Perubahan Sikap Mental dan Perilaku Anak serta Orang Tua
Berangsur-angsur kami, guru-guru di PAUD Nurul Qolbu, mulai melihat adanya perubahan positif yang sangat menggembirakan sesuai harapan kita semua. Karena anak-anak jadi lebih terbiasa membaca dan menyerap berbagai pengetahuan dari buku, maka daya pikir kritis mereka pun meningkat. Karena mereka kerap membaca bahwa sayur perlu dimakan setiap hari, maka anak-anak bisa mengajukan protes pada orang tua jika hari itu sang Ibu tidak masak sayur.
Stimulasi-stimulasi perkembangan anak termasuk perkembangan Bahasa/literasi yang diberikan secara kontekstual tadi perlahan-lahan menumbuhkan keteladanan dan karakter anak, rasa empati dan peduli terhadap lingkungan. Mereka pun belajar betapa ragamnya nilai-nilai budaya, juga menyadari adanya profesi yang berbeda-beda di sekitar mereka. Orang tua kerap menyampaikan keharuan kepada guru di satuan PAUD kami, karena anak mereka di rumah menjadi lebih santun, lebih peka, lebih ringan tangan dalam membantu orang tua, dan lebih sering mengucapkan terima kasih. Ini adalah perubahan besar yang sungguh tidak disangka oleh orang tua.
Tidak hanya anak yang berubah perilakunya, namun juga sikap orang tua yang kini menjadi proaktif. Pada peringatan Hari Baca Buku Nasional yang lalu, kami dari PAUD Nurul Qolbu mengundang orang tua dan warga sekitar untuk mengirimkan video praktik baik mereka membacakan buku bersama anak – yang direkam menggunakan handphone saja. Kami sangat terharu karena jumlah video yang dikirimkan mencapai 80 buah!
Saya dan guru-guru PAUD Nurul Qolbu sangat tersentuh dan berbahagia, mengingat saat kami memulai perjuangan ini, banyak sekali rintangannya. Kami bahkan tidak luput dari ancaman warga yang mungkin menginginkan situasi tetap sama seperti dulu, tidak ingin melihat anak-anak jadi melek pengetahuan dan orang tuanya menjadi maju. Namun kini kami dapat menyaksikan perkembangan yang sangat baik, membaca buku sudah menjadi kebiasaan anak yang menyatu dalam kegiatan mereka sehari-hari.
Transisi PAUD-SD yang Mulus
Tidak saja perubahan pada anak dan orang tua yang begitu positif, kami menerima banyak laporan, testimoni, ucapan baik, rekomendasi dan dukungan dari berbagai pihak. Utamanya dari SD-SD di Parung Bogor yang rajin merekomendasikan warga untuk menyekolahkan anaknya di PAUD Nurul Qolbu. SD yang menerima lulusan satuan PAUD kami merasa diuntungkan dengan adanya anak-anak yang lebih mandiri, lebih sadar lingkungan, dan lebih disiplin.
Misalnya, alumni PAUD Nurul Qolbu dikenal selalu membawa bekal makanan dan minuman yang sehat dari rumah, mereka tidak pernah jajan sembarangan. Mereka juga menjadi teladan bagi anak-anak lainnya karena selalu membuang sampah pada tempatnya, jika tidak tersedia keranjang sampah maka mereka akan menyimpannya dalam tas untuk dibuang setelah menemukan tempat sampah. Masih banyak sikap-sikap unggul lainnya yang mereka tunjukkan, sehingga menjadi panutan bagi guru dan murid-murid SD yang lain. Kesiapan dan kematangan sosial-emosional ini sangat memudahkan mereka dalam melalui transisi ke jenjang pendidikan selanjutnya.
Kiat Sederhana bagi Kolaborasi yang Berkelanjutan
Saya dan guru-guru di PAUD Nurul Qolbu selalu berupaya berkolaborasi dengan berbagai pihak. Namun uniknya, kami tidak pernah secara khusus menyusun proposal dan mengajukan kerjasama ke pihak eksternal. Kesempatan untuk kolaborasi bergulir secara alami karena kami rajin mengikuti pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan baik oleh pemerintah daerah maupun pihak swasta, mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi hingga nasional – baik yang diselenggarakan secara gratis maupun berbayar. Di saat mengikuti kegiatan semacam ini kami aktif berkenalan, mencari teman baru dan bertukar pikiran sehingga gagasan baik dan pencapaian kami selama ini bisa dipahami oleh lebih banyak pihak. Mereka pun akhirnya tertarik untuk bekerjasama dengan PAUD Nurul Qolbu, baik dalam hal pendanaan, donasi alat belajar, program bersama dan lain-lain.
Di masa pandemi di mana kami harus menjalankan kegiatan pembelajaran jarak jauh, kami berhasil menjalin kerjasama dengan berbagai komunitas yang bisa menghadirkan pembelajaran secara virtual, misalnya komunitas jelajah museum, komunitas dongeng, taman baca dan lain-lain. Kegiatan bersama mereka tidak saja diperuntukkan bagi anak-anak, tetapi juga dalam bentuk pelatihan bagi orang tua dalam hal penggunaan teknologi dan media sosial.
Kiat lain adalah pelibatan peserta didik kami dalam berbagai kegiatan publik yang diadakan oleh pemerintah daerah atau sektor swasta. Kami menolak halus acara-acara yang hanya menempatkan anak-anak kami sebagai pelengkap saja, misalnya hanya melambai-lambaikan bendera kecil sambil berbaris di pinggir jalan menyambut pejabat yang datang. Kami akan sangat berterimakasih apabila pelibatan anak yang sifatnya edukatif dan bisa menunjukkan keterampilan anak, misalnya anak menari, menyanyi, atau bermain peran di atas panggung. Pendekatan ini dapat ‘menaikkan’ reputasi PAUD Nurul Qolbu dan mengarahkan kami untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang strategis bagi anak-anak.
Hal simpel lain yang juga kami lakukan adalah rajin mempublikasikan kegiatan PAUD Nurul Qolbu di media sosial Facebook dan Instagram. Selain ini berarti memberi update rutin kepada warga yang menjadi followers kami, ini juga berarti menjaga komunikasi dengan para mitra sekaligus donatur yang pernah membantu, di luar hubungan personal yang terus kami rawat.
Pemberdayaan alumni PAUD Nurul Qolbu juga menjadi cara inovatif yang kami tempuh untuk memperkuat kualitas institusi dan menjalin kemitraan. Saat kelulusan, masing-masing murid diminta menyumbang minimal satu buah buku (boleh buku baru atau buku bekas), tanaman untuk menambah hijau lingkungan sekolah, atau sampah yang bisa kami daur ulang dan bisa dikemas lagi sebagai alat permainan edukatif. Sudah ada sekitar 1315 murid yang lulus dari PAUD Nurul Qolbu, ini berarti kami sudah melahirkan beberapa generasi alumni yang bahkan menyekolahkan kembali anak mereka di satuan ini. Meski mereka tersebar di banyak tempat dan menekuni profesi yang berbeda-beda, kami masih rajin membina komunikasi dengan mereka. Para alumni yang kini sudah dewasa ini juga kerap menawarkan bantuan, baik yang bersifat materi maupun dukungan moril kepada PAUD Nurul Qolbu – misalnya menjadi guru tamu, membukakan akses kepada berbagai peluang, dan seterusnya.
Ingatlah…
Apa yang kami lakukan di satuan PAUD Nurul Qolbu sebenarnya sangat sederhana. Kita semua bisa melakukannya, tidak harus punya modal atau sumberdaya yang banyak, melainkan tekad yang kuat, bukan sekedar coba-coba, dan mudah berputus asa. Kita harus menjalankan segala upaya, tekun berjuang dengan ikhlas demi anak-anak, dan ini bisa dimulai dari diri sendiri;
Pertama; buka diri Anda untuk selalu belajar, jangan lelah untuk terus menimba ilmu dan membuka wawasan. Meski tidak berpendidikan tinggi, kita bisa belajar dari mana saja, melalui internet, melalui buku-buku keilmuan, melalui diskusi dengan teman sejawat, dan lain-lain.
Kedua; buka jejaring sosial yang luas, jangan menutup diri terhadap perkembangan yang ada. Teruslah berkenalan, menjalin pertemanan dan bersikap luwes dalam berkolaborasi dengan berbagai pihak.
Ketiga; jangan takut memberi. Kelebihan dan kemampuan yang kita miliki adalah karunia Tuhan yang Maha Kuasa, untuk menjadi manfaat bagi orang lain. Jangan pelit berbagi ilmu dan kebisaan kita, luangkan waktu untuk berbagi kepada mereka yang membutuhkan.
Ayah Bunda dan Sobat PAUD itulah yang selama ini kami lakukan di TBM dan PAUD Nurul Qalbu, Parung Bogor, semoga dapat menginspirasi.
*****
Narahubung
Nama : Kiswanti
Alamat : Jl. Kamboja Lebakwangi No. 71 RT. 01 RW.01, Kel. Pamegarsari, Kec. Parung, Kab. Bogor, 16330.
Email : kiswanti.warabal71@gmail.com
InfoTerkini
Mendikdasmen Ajak Muslimat NU Sukseskan Wajib Belajar 13 Tahun dan Kawal Program Prioritas
Berita 2025-02-14 | 16:15:00
...
selengkapnya