GuruKreatif
Sepasang Aktivis LSM Pulang Kampung, Dukung Literasi Anak Pekerja Migran
PAUDPEDIA — Ayah, Bunda dan Sobat PAUD, Skinner - seorang pakar psikologi Amerika - mengemukakan bahwa lingkungan memegang peran penting dalam membentuk perilaku anak. Hal tersebut dikenal sebagai operant conditioning (pengondisian lingkungan). Salah satu penekanan teori tersebut adalah bahwa lingkungan memberikan reinforcement (penguatan) dan punishment (pelemahan) terhadap perilaku anak (Morisson, 2016). Begitu juga halnya dengan kemampuan literasi, kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh dorongan orang-orang di sekitar tempat tinggal anak. Ini termasuk tokoh masyarakat yang sangat mungkin memiliki inisiatif untuk membangun pembiasaan literasi positif dalam diri anak, dengan membantu menyediakan lingkungan yang kaya aksara.
Hal itu dilakukan oleh sepasang suami istri Dr. Ir. Suporahardjo dan Dra. Farha Abdul kadir Assegaf, M.Si atau yang akrab disapa Pak Supo dan Bu Ciciek. Pasangan ini banyak memberi kontribusi bagi anak-anak di Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember, dengan mendirikan komunitas belajar yang diberi nama Kampung Belajar Tanoker pada pertengahan tahun 2009. Pak Supo dan Bu Cicik sebelumnya tinggal di Jakarta sebagai aktivis LSM. Pak Supo lebih dikenal sebagai pejuang isu lingkungan, sementara Bu Cicik lebih dikenal sebagai aktivis isu perempuan dan hak anak. Bu Cicik, bersama Ibu Sinta Nuriyah Wahid (istri Gus Dur), juga merupakan pendiri LSM Puan Amal Hayati. Setelah hampir 20 tahun berkiprah di Jakarta, keduanya terpanggil untuk pulang kampung mulanya untuk mendampingi ibunda mereka, namun kemudian menjadi momen berdirinya Kampung Belajar Tanoker.
Baca juga :
Melalui wadah belajar yang diperuntukkan bagi anak-anak di Ledokombo ini, keduanya (juga melibatkan anak-anak mereka) berhasil membuat perubahan sosial maupun ekonomi, melalui berbagai kegiatan anak-anak, termasuk kegiatan untuk peningkatan literasi. “Perpindahan dari kota ke desa mendorong kami untuk membantu memudahkan adaptasi anak-anak. Di Jakarta mereka mungkin bisa menikmati fasilitas bermain yang cukup lengkap, namun tidak demikian di desa. Akhirnya kami berupaya mengoptimalkan pekarangan rumah sebagai area bermain dan berinisiatif menyelenggarakan berbagai kegiatan lomba supaya memperkaya pengalaman mereka. Lambat laun, anak-anak tetangga ikut terlibat dan ramai berkumpul,” cetus Pak Supo.
Tidak sampai di situ, pasangan ini dibantu kehadiran rutin mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang mendukung kegiatan-kegiatan sebelumnya yang sudah terbentuk seperti kegiatan“Minggu Ceria”. Pak Supo menjelaskan, “Lama kelamaan, kami ingin tempat bermain ini memiliki identitas. Akhirnya, sesuai rembuk bersama, kami menamainya ‘Tanoker’ yang artinya kepompong. Kebetulan di saat itu, lagu pop yang berjudul ‘Kepompong’ sedang hits dan akrab di telinga anak-anak.”
Membaca Dulu, Sebelum Berenang
Di Kampung Belajar Tanoker, tersedia kolam renang yang bisa dimanfaatkan oleh anak-anak. Namun ada aturan menarik sebelum anak-anak diizinkan mandi di kolam renang tersebut. Apakah itu? Aturannya yaitu anak-anak wajib membaca buku terlebih dahulu sebelum masuk ke kolam renang. Aturan ini berlaku untuk semua anak yang ingin berenang, bahkan anak yang belum bisa membaca pun juga wajib membaca, walaupun hanya sekedar mengenali huruf, atau mengeja sesuai dengan kemampuan mereka saat itu.
Nah, aturan ini ternyata membuat anak-anak menjadi lebih bersemangat dan lekas pandai membaca. Bahkan guru dan orang tua yang mulanya kewalahan mengajarkan mereka, merasa kagum melihat anak-anak begitu antusias untuk belajar literasi dasar saat masuk Kampung Belajar Tanoker. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya tak lain adalah karena pembiasaan. Kampung Belajar Tanoker membiasakan anak-anak untuk disiplin membaca sebagai syarat sebelum diizinkan berenang, dan akhirnya mereka terbiasa dengan aktivitas tersebut. Setiap kunjungan anak, pendamping akan mencatat buku apa saja yang telah ia baca, sehingga kedatangan berikutnya dapat diarahkan untuk membaca buku yang lain.
Kerja Sama dengan Keluarga untuk Dukung Pembelajaran Jarak Jauh
Sejak pandemi Covid-19, arena bermain di Kampung Belajar Tanoker tak lagi bisa dimanfaatkan sebagaimana sebelumnya. Anak sangat dibatasi dan harus mengikuti protokol kesehatan yang ketat. Begitu pun selama pembelajaran jarak jauh, Kampung Belajar Tanoker tidak lagi dikunjungi banyak anak untuk membaca buku.
Namun demikian, Pak Supo dan Bu Cicik menyiasati keterbatasan ini dengan mendorong kerja sama bersama keluarga anak. Anak-anak dapat belajar dengan anggota keluarga maupun tetangga yang memiliki kompetensi mengajar. Misalnya, apabila di lingkungan mereka kebetulan ada mahasiswa, maka mahasiswa tersebut dapat ikut membantu keberlangsungan proses pembelajaran. Jadi selama pandemi, mereka dapat menjadikan tempat tinggalnya untuk belajar bersama.
Selain itu mereka juga aktif bekerjasama dengan pemerintah, mulai dari kecamatan, kabupaten bahkan pemerintah pusat untuk terus mengembangkan arena bermain ini.
Mulai dari Egrang hingga Workshop Internasional
Ayah, Bunda dan Sobat PAUD, ingin tahu kegiatan-kegiatan apa saja sih yang dilakukan di Kampung Belajar Tanoker dalam situasi normal sebelum pandemi? Semuanya membantu memberikan stimulasi positif pada perkembangan anak lho. Yuk kita kenali satu persatu:
- Menari egrang: egrang merupakan permainan tradisional yang menjadi ciri khas Kampung Belajar Tanoker. Anak-anak bermain egrang yang dipadupadankan dengan permainan alat musik dan koreografi untuk menjadikannya lebih seru dan meriah. Sambil bermain egrang, anak-anak kompak menari mengikuti irama dan lagu. Bahkan sesekali mereka melakukan gerakan-gerakan ekstrim. Tapi tidak ada yang jatuh karena keseimbangan mereka tetap terjaga.
- Pasar lumpur: pasar yang terletak di Area Polo Lumpur selalu hadir di hari Minggu akhir bulan. Kegiatan ini diawali dengan senam di pagi hari kemudian dilanjutkan dengan berbagai outbound bersama anak-anak Kampung Belajar Tanoker. Pasar Lumpur menawarkan berbagai kuliner khas pedesaan yang sehat dan unik dari makanan berat hingga makanan ringan. Selain makanan di Pasar Lumpur juga ada stand kerajinan unik karya ibu-ibu Ledokombo. Di akhir kegiatan, pengunjung akan dihubur dengan permainan tradisional Polo Lumpur yang asyik dan menyenangkan.
- Mother school/kelompok ibu-ibu: mengadakan pelatihan parenting (pengasuhan) bekerja sama dengan sejumlah negara, termasuk Australia, dengan kurikulum yang telah disusun sebelumnya. Melalui kelompok ini, para ibu dibangun kapasitasnya dan diberdayakan melalui berbagai program pelatihan untuk mengembangkan keterampilannya, misalnya memasak, menjahit, membuat souvenir, dan sebagainya.
- Memperkenalkan pemikiran Stephen Covey: membuka kesempatan bagi anak-anak untuk menyampaikan harapan, mimpi dan cita-cita mereka ke depannya. Hal ini dilakukan agar anak belajar dari sedini mungkin untuk fokus mengejar mimpi dan membangun relasi supaya menjadi orang-orang yang sukses.
- Sititur: bagi anak-anak yang memiliki bakat seperti menari, baca puisi, main alat musik, pidato dan lain-lain akan diajak pergi ke lokasi tertentu, misalnya mengunjungi pantai, kemudian mereka dapat menampilkan bakatnya masing-masing di tempat tersebut.
- Mengadakan berbagai pelatihan, wokshop, dan festival: Kampung Belajar Tanoker sering mengadakan kegiatan yang dihadiri peserta dari berbagai negara. Dalam setiap kegiatan pelatihan, workshop maupun festival, anak-anak akan diberikan kesempatan untuk tampil sebelum acara dimulai.
- Taman baca, Taman baca ini terbentuk dari insiatif masyarakat untuk menyumbangkan buku bagi yang memiliki buku lebih di rumah mereka, sehingga bisa dimanfaatkan oleh semua lapisan masyarakat.
Ayah, Bunda, dan Sobat PAUD, itulah penjelasan Kampung Belajar Tanoker sebagai salah satu contoh keterlibatan tokoh masyarakat dalam menciptakan lingkungan kaya keaksaraan bagi anak. Mari bersama terlibat ciptakan lingkungan kaya aksara untuk mendorong literasi anak usia dini.
Penulis : Ifina Trimuliana, M. Pd
Daftar Pustaka
Morisson. (2016). Pendidkan Anak Usia Dini Saat Ini. Pustaka Belajar.
2021-09-07 | 14:40:45
InfoTerkini
Mencegah Diabetes pada Anak Usia Dini
Ruang Artikel 2024-05-03 | 13:00:00
PAUDPEDIA --- Ayah, Bunda, dan Sobat PAUD Kasus diabetes pada anak mencapai 2 per 100.000 jiwa per Januari 2023. dan yang paling banyak ditemuka...
selengkapnyaMakanan Pemicu Diabetes pada Anak Usia Dini
Ruang Artikel 2024-05-03 | 09:55:00
PAUDPEDIA-- selengkapnya