Berita
Pendidikan Mitigasi Bencana di Satuan PAUD Penting Diberikan, Jadikan Kewaspadaan Bencana Gaya Hidup Masyarakat
Berita 2022-12-15 | 22:03:00
PAUDPEDIA — Pendidikan mitigasi bencana terhadap siswa sekolah dijenjang Pendidikan Anak Usia Dini sangat diperlukan. Selain mereka menerima dan menyerap pengetahuan, semuanya bertahan dan dapat dikembangkan pada saat terjadi insiden. Edukasi kebencanaan bagi anak usia dini perlu diberikan, agar mereka secara dini juga dapat menyerap pengetahuan jenis bencana dan bagaimana penanggulangannya secara dini yang diberikan dalam bentuk penerimaan pengetahuan dan keterampilan penanggulangan bencana.
Pembelajaran mitigasi bencana untuk anak usia dini disekolah dirasa sangat penting untuk dilaksanakan, karena sebagai prioritas dalam upaya peminimalisiran resiko bencana sejak dini. Satuan Pendidikan aman bencana adalah sekolah yang menerapkan sarana dan prasarana yang mampu melindungi warga sekolah dan lingkungan di sekitarnya dari bahaya bencana sesuai standar.
"Mitigasi memiliki sejumlah tujuan yakni untuk mengenali risiko, penyadaran akan risiko bencana, perencanaan penanggulangan, dan sebagainya. Bisa dikatakan, mitigasi bencana adalah segala upaya mulai dari pencegahan sebelum suatu bencana terjadi sampai dengan penanganan usai suatu bencana terjadi," ujar Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Prof Dr Muhadjir Effendy saat memberi arahan pada Seminar Nasional Paguyupan Alumni Sesko TN bersama BNPB di Flores Ballroom A-B. Hotel Borobudur Jakarta, Kamis (14/12).
Bencana makin menjadi bagian keseharian masyarakat Indonesia. Menurut data BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), kejadian bencana tahun 2021 mengalami peningkatan sebesar 16 persen dibandingkan kejadian bencana tahun 2020, begitu pula dengan masyarakat yang terdampak dan mengungsi mengalami peningkatan sebesar 12 persen.
Tercatat 3.350 kejadian bencana alam telah terjadi di Indonesia hingga 12 Desember 2022. Kejadian bencana alam yang medominasi adalah bencana cuaca ekstrem, banjir, dan tanah longsor. Bencana alam tersebut telah menimbulkan korban meninggal dunia 565 jiwa, hilang 43 jiwa, 8.703 luka-luka dan terdampak serta lebih dari 5 juta jiwa mengungsi.
“Kondisi ini tentunya menjadi refleksi, bahwa masih diperlukan sikap siaga dan waspada menghadapi ketidakpastian sangatlah penting. Pendidikan mitigasi bencana harus diberikan dengan tepat sejak dijenjang PAUD,” kata Muhadjir.
Menurut Menko PMK, Indonesia sudah menghadapi banyak tantangan, salah satunya disebabkan posisi geografi dan geologi Indonesia sebagai kawasan rawan bencana. Sebanyak 95 persen merupakan bencana hidrometeorologi yang disebabkan dinamika iklim dan perubahannya, seperti puting beliung, banjir, longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan. Indonesia juga memiliki potensi risiko bencana geologi seperti gempa tektonik, likuifaksi, tsunami dan erupsi vulkanik sangat besar.
Bahkan, baru-baru ini Indonesia kembali menghadapi duka yang mendalam akibat kejadian Gempa Cianjur yang mengakibatkan korban meninggal hingga 335 jiwa dan kerusakan hingga 56.548 rumah warga.
“Kita harus menjadikan waspada bencana itu adalah gaya hidup. Karena dari tahun ke tahun angka kebencanaan kita semakin meningkat, ditambah dengan bencana yang diakibatkan dari bencana hidrometeorologi,” tuturnya.
Bencana adalah urusan bersama, untuk itu penanggulangan bencana bukan hanya menjadi tugas pemerintah semata namun memerlukan dukungan berbagai pihak seperti akademisi, dunia usaha, masyarakat dan media (termasuk komunitas PASTI).
“Dalam penanggulangan bencana, konsep pentahelix atau multipihak selalu kita gunakan. Dimana unsur Pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, dan media bersatu padu. Dan sekarang saya kira ditambah TNI,” kata Menko PMK.
Sementara itu, untuk membangun postur TNI Indonesia yang responsif terhadap bencana, mitigasi dan edukasi bencana harus terus digencarkan. “Tidak cukup hanya di kurikulum formal namun harus ada langkah strategis untuk memastikan anak bangsa sadar bahwa mereka berada di lingkungan bencana sehingga mereka waspada dan paham bencana,” tuturnya.
Menko PMK menambahkan, dengan diadakannya seminar ini, diharapkan bisa menghasilkan usulan dan teknologi dari inisiatif militer untuk menangani bencana dari mitigasi hingga level yang paling tinggi.
Turut hadir dalam seminar, Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, Ketum PP PASTI (Paguyuban Alumni Sekolah Staf dan Komando TNI) Mayjen TNI Heri Wiranto, Gubernur Lemhanas Andi Widjajanto, Rektor Universitas Pertahanan Laksamana Madya TNI Prof. Dr. Ir. Amarulla Octavian, serta para alumni Sesko TNI.
Penulis | : | Eko |
Sumber | : | Siaran Pers Menko PMK |