Berita
PAUD HI Strategi Kunci Tekan Angka Stunting di Fase 1000 Hari Pertama Kehidupan
Berita 2025-02-18 | 10:30:00
PAUDPEDIA — Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUD HI) merupakan salah satu strategi kunci dalam menekan angka stunting, terutama pada fase 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun. Pendekatan PAUD HI tidak hanya berfokus pada aspek pendidikan, tetapi juga mengintegrasikan kesehatan, gizi, pengasuhan, perlindungan, serta stimulasi dini agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Demikian dikatakan Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Keluarga dan Kependudukan, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Woro Srihastuti Sulistyaningrum yang biasa dipanggil Lisa.
Berdasarkan data terbaru, prevalensi stunting di Indonesia masih di angka 21,5% pada tahun 2023 dan belum mecapai target hingga akhir tahun 2024. Pemerintah telah menetapkan target penurunan menjadi 18% pada tahun 2025. Untuk mencapai target ini, diperlukan sinergi lintas pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta, akademisi, serta masyarakat dalam memastikan implementasi PAUD HI yang efektif untuk menurunkan stunting.
Pendekatan PAUD HI didasarkan pada Nurturing Care Framework (NCF) yang mencakup lima komponen utama, yaitu: Kesehatan, Gizi, Keselamatan dan Keamanan, Pengasuhan yang responsif, serta Kesempatan untuk belajar.
Lebih lanjut, Deputi Lisa menekankan bahwa keberhasilan PAUD HI dalam menekan angka stunting harus memperhatikan setiap komponen yang ada dalam NCF secara komprehensif, mulai dari hulu hingga hilir. Sinergi antar komponen ini sangat penting dalam mendukung tumbuh kembang anak yang optimal.
Kita perlu memastikan bahwa anak-anak mendapatkan akses ke makanan sehat, dimulai dari rantai pasok makanan berfungsi dengan baik, produksi pangan yang berkualitas, distribusi yang efisien, hingga pengolahan dan penyajian makanan yang memenuhi standar gizi sebelum dikonsumsi oleh anak.
Selanjutnya layanan kesehatan yang berkualitas, serta pengasuhan yang responsif dalam lingkungan yang aman, termasuk memastikan ketersediaan dan kualitas lembaga pengasuhan atau pengasuh pengganti yang dapat mendukung pengasuhan anak, terutama bagi keluarga yang membutuhkan. Tentunya hal ini perlu ditunjang dengan memberikan pelatihan bagi pengasuh dan pengembangan standar pengasuhan yang ideal terhadap kebutuhan anak, tambahnya.
Selain itu, Deputi Lisa mengajak seluruh pihak untuk saling memperkuat komitmen dalam memperluas cakupan PAUD HI, terutama di daerah-daerah dengan prevalensi stunting tinggi. Kolaborasi yang kuat antara pemerintah, akademisi, dunia usaha, dan masyarakat sangat diperlukan untuk mewujudkan generasi Indonesia yang sehat, cerdas, dan berdaya saing, tegasnya.
Melalui pendekatan holistik dan berbasis bukti, PAUD HI diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang dalam membangun sumber daya manusia Indonesia yang unggul dan bebas dari stunting.
Kajian Penurunan Prevalensi
Kemenko PMK bersama Friedrich Ebert Stiftung (FES) Indonesia dan PERGIZI PANGAN Indonesia menggelar Workshop Expert Discussion bertajuk “Kajian Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan dan Penurunan Prevalensi Stunting di Indonesia” di Ruang Rapat Lantai 13 Kantor Kemenko PMK, Jakarta.
Pertemuan ini menjadi ajang diskusi yang mempertemukan pakar dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mengkaji hasil penelitian, menganalisis faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penyebab penurunan dan peningkatan prevalensi stunting di beberapa daerah, serta merumuskan rekomendasi kebijakan yang berbasis bukti agar strategi percepatan penurunan angka stunting di Indonesia dapat diterapkan secara efektif dan berkelanjutan.
Asisten Deputi Peningkatan Gizi dan Pencegahan Stunting Kemenko PMK Jelsi Natalia Marampa yang memimpin jalannya diskusi menekankan bahwa upaya penurunan stunting tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan harus melalui pendekatan multidimensi yang mencakup aspek gizi, pola asuh, akses layanan kesehatan, serta perbaikan sanitasi dan lingkungan.
Ia menegaskan bahwa sinergi antara berbagai sektor, baik di tingkat pusat maupun daerah, menjadi kunci dalam memastikan intervensi yang dilakukan dapat berjalan optimal dan memberikan dampak yang signifikan terhadap penurunan angka stunting di Indonesia.
“Aspek gizi, pola asuh, serta akses terhadap layanan kesehatan dan sanitasi menjadi faktor kunci dalam menekan angka stunting di Indonesia. Melalui diskusi ini, kami berharap dapat merumuskan rekomendasi kebijakan yang berbasis bukti dan implementatif sehingga upaya percepatan penurunan stunting dapat berjalan lebih efektif,” ujarnya.
Jelsi juga menambahkan bahwa kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan organisasi masyarakat menjadi kunci dalam mempercepat pencapaian target penurunan stunting.
“Diperlukan sinergi antara berbagai pihak untuk memastikan kebijakan yang dirumuskan dapat diimplementasikan dengan baik di lapangan. Dengan pendekatan berbasis bukti, kita bisa memastikan setiap intervensi yang dilakukan benar-benar tepat sasaran sehingga berdampak dalam menurunkan angka stunting,” jelasnya.
Acara ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan dari kementerian dan lembaga terkait yang memiliki peran strategis dalam percepatan penurunan stunting, termasuk para pakar di bidang gizi, kesehatan, dan kebijakan publik. Beberapa di antaranya adalah Fasli Djalal, yang memiliki keahlian dalam bidang pendidikan dan gizi anak, serta Iwan Ariawan dengan keahlian bioastatistik dan Hardyansyah dengan keahlian bidang gizi dan pangan.
Penyunting : Eko Harsono
Sumber: Siaran Pers Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
InfoTerkini
PAUD HI Strategi Kunci Tekan Angka Stunting di Fase 1000 Hari Pertama Kehidupan
Berita 2025-02-18 | 10:30:00
...
selengkapnyaMendikdasmen Ajak Muslimat NU Sukseskan Wajib Belajar 13 Tahun dan Kawal Program Prioritas
Berita 2025-02-14 | 16:15:00
...
selengkapnya