Berita
Sukacita Keluarga Indonesia Sambut MPLS Tahun Ajaran 2024-2025, Momentum Transisi PAUD ke SD Lakukan MPLS Secara Tepat
Ruang Artikel 2024-07-14 | 09:10:00
Kemendikbudristek Jakarta — Sukacita menyambut Tahun Ajaran Baru 2024-2025 yang dimulai pada Senin, 15 Juli 2024 menjadi bagian seluruh keluarga Indonesia. Para orang tua atau wali murid pastinya menyadari perlunya persiapan masuk sekolah dilakukan dengan baik agar sang buah hati dapat menikmati pengalaman belajar lebih nyaman dan menyenangkan. Sehingga diakhir tahun ajaran baru yang jatuh pada Sabtu, 21 Juni 2025 dapat berjalan dengan mulus.
Walau kerap dianggap ringan atau sepele, mempersiapkan diri seorang anak untuk masuk sekolah sehinggai sang buah hati bersukacita menuju sekolah baru tidak hanya meliputi tas baru dan kotak pensil lucu. Memasuki jenjang pendidikan yang baru dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ke jenjang Sekolah Dasar (SD) nanti, si kecil perlu dibekali dengan sejumlah hal penting yang perlu dipahami oleh seluruh ekosistem pendidikan.
Transisi PAUD-SD merupakan sebuah Proses di mana anak berpindah dari perannya sebagai peserta didik PAUD, menjadi peserta didik SD/MI. Artinya, transisi yang dialami oleh anak dari PAUD ke SD haruslah mulus, atau anak tidak perlu melakukan terlalu banyak penyesuaian sebagai akibat dari perpindahannya.
Di tahun ajaran baru ini, Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan menjadi momentum tepat dan mengingatkan kita bahwa: Siap sekolah dapat terus dibangun hingga SD kelas awal karena periode usia dini yakni 0-8 tahun (sumber: UNESCO), laju perkembangan anak beragam, serta kesempatan belajar anak beragam. Siap sekolah tidak hanya calistung, namun juga kemampuan mengelola emosi, kemandirian, kemampuan membedakan baik dan benar, dan lainnya.
Transisi PAUD ke SD merupakan sebuah “Gerakan”, dan bukan “Program” karena gerakan ini dimiliki oleh seluruh pihak (masyarakat, mitra, orang tua, dan lainnya), bukan hanya Kemendikbudristek. Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan memastikan bahwa dimanapun titik berangkat anak, mereka berhak mendapatkan hak yang sama, yaitu memiliki kemampuan fondasi agar dapat siap bersekolah dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Visi yang ingin dicapai oleh Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan yaitu: Proses belajar di PAUD dan SD kelas awal yang berkesinambungan dan efektif dalam membangun kemampuan fondasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat tiga target perubahan yang perlu dimiliki bersama, yakni Satuan Pendidikan perlu:
Menghilangkan tes calistung dari proses penerimaan peserta didik baru di SD. Menerapkan masa perkenalan bagi peserta didik baru selama dua minggu pertama (di PAUD dan SD). Menerapkan pembelajaran yang membangun enam kemampuan fondasi anak (di PAUD dan SD). Bagaimana target perubahan memastikan hal tersebut dapat dilakukan.
Jembatan Transisi PAUD-SD
Masa transisi bukanlah masa mudah bagi siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), karena terdapat berbagai perbedaan tuntutan bagi anak yang belajar di satuan PAUD dengan Sekolah Dasar (SD). Regulasi dan tata kelola di SD jauh berbeda dengan di PAUD, sehingga anak dituntut untuk dapat melakukan berbagai penyesuaian secara cepat dan tepat yang kemudian justru memunculkan tekanan bagi anak.
Hal ini tidak akan terjadi jika masa transisi dilakukan dengan pola serta kegiatan yang menyenangkan dan membuat siswa PAUD merasa aman, nyaman dan bahagia di satuan pendidikan. Lingkungan belajar harus dibangun kondusif untuk mendukung penguatan transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan. Ekosistem pendidikan jadi jembatan yang layak agar peserta didik dapat aman dan nyaman berjalan hingga mencapai kesiapannya bersekolah.
Dua minggu pertama sekolah merupakan gerbang pertama peserta didik pada fase Transisi PAUD ke SD memasuki pendidikan sekolah sehingga ada dua hal yang perlu terjadi: periode dua minggu, meliputi tiga hari pertama untuk masa pengenalan lingkungan belajar dan tujuh hari lainnya adalah proses kegiatan pembelajaran untuk asesmen awal. Untuk dapat turut membangun jembatan, kita perlu satu persepsi dan satu visi mengenai apa yang dimaksud dengan praktik pembelajaran yang menguatkan transisi PAUD ke SD.
Asesmen awal perlu dilakukan pada pekan pertama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) sebagai upaya satuan pendidikan mengenal peserta didik. Diperlukan cara untuk mengetahui kelanjutan tahapan kemampuan peserta didik dalam enam aspek fondasi setelah masa PAUD memasuki SD, sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Namun, lanjutnya prinsip asesmen awal yang diterapkan dapat digunakan juga oleh guru PAUD. Asesmen awal dapat dilakukan pada hari keempat setelah masa MPLS berakhir dengan durasi yang disarankan tidak lebih dari dua minggu pertama.
Guru PAUD perlu memahami proses yang terjadi selama dua minggu ini, sehingga mengetahui gambaran apa yang akan dilalui oleh peserta didiknya, serta apa yang dapat guru bantu siapkan sejak di PAUD. Sebelum atau pada saat hari pertama MPLS, guru kelas didorong untuk dapat membuat wadah komunikasi dan memberikan informasi terkait visi-misi serta kegiatan pembelajaran selama satu semester kepada para orang tua/wali dari peserta didik serta perannya dalam pembelajaran.
Guru kelas pun diharapkan agar dapat menyampaikan kepada orang tua untuk menanyakan pertanyaan reflektif kepada anak sepulang sekolah seperti: kegiatan apa yang Ananda lakukan di sekolah?; ananda berkenalan dengan siapa saja?; bagaimana perasaanmu masuk ke sekolah?; apa yang menyebabkanmu merasakan demikian?; dan pertanyaan lainnya.
Yang perlu disiapkan oleh satuan pendidikan yaitu sebelum hari pertama, infokan kepada orang tua/wali murid untuk mengantar anak-nya ke sekolah pada hari pertama. Sampaikan bahwa mengantarkan anak ke sekolah adalah kesempatan untuk membangun hubungan positif antara lingkungan pendidikan di rumah dan di sekolah.
Tawarkan bagi orang tua/wali murid apakah dapat menemani ananda di hari pertama berkegiatan (opsional saja, karena tidak semua orang tua/wali murid memiliki keleluasaan waktu karena ada pekerjaan), membangun wadah komunikasi dengan orang tua. Siapkan daftar nomor yang dapat dihubungi oleh orang tua/wali murid untuk komunikasi terkait kegiatan pembelajaran. Jika memungkinkan, aturlah kursi dan meja membentuk lingkaran atau kelompok-kelompok, sehingga mendorong peserta didik/orang tua untuk berinteraksi melibatkan Orangtua.
Masa perkenalan anak dan orang tua dengan lingkungan belajar maksimal dilakukan 3 hari pertama. Contoh, kegiatan untuk tiga hari pertama: anak saling mengenal guru dan teman sebayanya (pada kegiatan ini, orang tua juga dapat dilibatkan untuk bersama-sama berkenalan; anak diberikan kertas nama yang sudah dituliskan nama panggilan anak, dengan diberikan kode satu bentuk warna (misalnya bentuk lingkaran warna merah, biru, hijau); guru menyiapkan gambar bentuk sesuai warna sebagai x kelompok, kemudian meminta anak berkumpul sesuai kode bentuk dan warna yang ada di kertas nama guru selanjutnya mengajak tiap kelompok anak bernyanyi bersama-sama; tiap kelompok anak disiapkan lagu sederhana yang berbeda (misalnya Pelangi, Gembira Berkumpul, dan lainnya); setelah bernyanyi, guru mencontohkan cara berkenalan, lalu mengajak anak di kelompok tersebut memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama dan makanan kesukaan. Bagian ini dapat disesuaikan oleh guru misalnya warna kesukaan, mainan kesukaan, atau lainnya; untuk anak-anak yang belum berani mengungkapkan dirinya, guru dapat mendampingi dengan memberikan petunjuk kata.
Kegiatan wajib: membantu siswa baru beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan sekitarnya, antara lain terhadap aspek keamanan, fasilitas umum, dan sarana prasarana sekolah. Dalam konteks Transisi PAUD ke SD, hal ini dapat dilakukan dengan menyusun kegiatan masa perkenalan anak dengan sekolah, dengan melibatkan orang tua.
Sebagai pintu pertama masa sekolah, disarankan agar pada MPLS satuan dapat mengundang orang tua untuk mengantar anak ke sekolah setidaknya pada hari pertama. Selain agar hari pertama sekolah menjadi tempat perkenalan orang tua sebagai mitra belajar dengan guru kelas, anak pun mendapatkan penguatan dari orang tua untuk memasuki lingkungan baru sehingga tercipta rasa aman pada anak.
Enam Kemampuan Fondasi
Dalam Transisi PAUD ke SD seluruh komponen dan elemen masyarakat pendidikan harus menyadari sudah menjadi hak seorang anak untuk mendapatkan fase fondasi yang baik sehingga mereka mempunyai kematangan sosial, emosinal kemampuan literasi dan numerasi latar serta kemampuan dasar lainnya sehingga mereka siap menjadi pembelajar yang baik di sekolah kelak.
Kemampuan fondasi ini sangat berkaitan dengan pengalaman lingkungan dan budaya bagi seorang anak dengan tetap memperhatikan setiap hak anak terutama hak belajar sambil bermain. Membangun kemampuan fondasi ini merupakan bentuk pengenalan pertama anak terhadap nilai-nilai baik yang akan menjadi fondasi karakter anak kelak. Adapun 6 kemampuan fondasi anak usia dini tersebut adalah:
Mengenal Nilai Agama dan Budi Pekerti
Untuk membantu anak dalam mengenal agama dan budi pekerti bisa distimulasi dengan pengenalan konsep Tuhan Yang Maha Esa dan mengetahui kegiatan ibadah sesuai dengan agama masing-masing dan membantu anak agar dapat menjalin pertemanan dengan teman-teman sebayanya baik yang memiliki agama yang sama maupun dengan teman yang berbeda agama.
Keterampilan Sosial dan Bahasa
Fondasi ini dapat mentimulasi kemampuan sosial dan bahasa anak dengan memberikan contoh dalam mengucapkan kalimat tolong, terima kasih dan maaf saat berinteraksi dengan anak, serta penempatan dari masing-masing kata tersebut.
Kematangan Emosi
Untuk mentimulasi kematangan emosi anak, dapat mengajarkannya tentang toleransi dalam menunggu dan membantu anak dalam mempertahankan perhatian penuh saat mengikuti kegiatan di dalam kelas--kemampuan mengikuti kegiatan kelas ini dapat dilihat saat anak sedang mengikuti kegiatan di sekolah.
Pemaknaan Terhadap Belajar Positif
Beberapa hal yang menjadi tanda bahwa anak telah memiliki kesan positf terhadap proses belajar adalah senangnya anak untuk datang ke sekolah, anak juga tidak pantang menyerah dan mau mencoba kembali setiap kesalahan yang ia kerjakan, serta anak telah menunjukkan keingintahuan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Keterampilan Motorik dan Perawatan Diri
Fondasi ini bisa mentimuliasi anak agar mereka mampu mengelolah barang-barangnya sendiri untuk dibawa ke sekolah--dengan mengetahui barang miliknya dan membereskannya sendiri, serta mampu menjaga kebersihan dirinya sendiri.
Kematangan Kognitif untuk Mengikuti Kegiatan Pembelajaran
Anak yang telah memiliki kematangan kognitif ditandai dengan kemampuan menyimak dan menyampaikan gagasan dengan baik, anak juga mampu menyadari hubungan antara angka dengan huruf serta kata dan bilangan, anak juga telah mampu menghitung jumlah benda serta memahami konsep waktu (sekarang, nanti, kemarin, hari ini, besok, lama, sebentar, pagi, siang dan malam).
PDM07
Penulis Eko Budi Harsono