Berita
Kisah Kemal Anak Down Syndrome Multi Talenta Lulus S-1 Ilmu Perpustakaan, Handal Bermain Biola dan Olahraga Panahan
Berita 2024-03-29 | 19:15:00
PAUDPEDIA —--
Aku Berbeda
Kata Mereka Aku Berbeda, tapi aku punya 2 mata, aku punya 2 telinga, aku punya 2 tangan, aku punya 2 kaki sama seperti mereka.
Kata mereka aku berbeda, tapi aku bisa membaca dan aku bisa menulis aku juga bisa menaris sama seperi mereka
Puisi pendek diatas ditulis tangan disecarik kertas kecil meja hotel oleh gadis mungil Syakira
(10th) siswi dengan Down Syndrime yang tergabung dalam Rumah Ceria Down Syndrome
(RCDS) yang dikelola Persatuan Orangtua Anak Dengan Down Syndrome (POTADS) di Pejaten, Jakarta Selatan.
Puisi sederhana karya Syakira dia sampaikan dalam Peringatan Hari Down Syndrome Sedunia 2024 dihadapan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (Ditjen PAUD Dikdasmen), Iwan Syahrir di Jakarta, Kamis (28/3).
Mendengar puisi sederhana itu, Ditjen PAUD Dikdasmen tampak tersentuh dan berkaca-kaca. “Terimakasih pak Iwan Syahrir, terus dukung kami ya pak anak-anak Down Syndrome,” ujar Syakira ketika diminta komentarnya untuk Pak Dirjen.
Anak-anak dengan down syndrome kerap 'distigma tidak bisa apa-apa dan menjadi beban'. Padahal tak sedikit dari mereka yang mampu mandiri bahkan menoreh prestasi.
Down syndrome adalah kelainan genetik yang dibawa sejak lahir pada kromosom 21 yang menyebabkan penyandangnya memiliki keterlambatan pertumbuhan fisik dan mental, serta biasanya diikuti sejumlah ciri fisik yang khas.
Dalam talkshow Peringatan Hari Down Syndrome Tahun 2024 yang dipandu oleh Ketua YPAC, Agus R disebutkan Hari Down Syndrome Sedunia yang diperingati tiap 21 Maret menjadi waktu yang tepat untuk pemangku kepentingan dan masyarakat lebih memahami keberadaan anak dengan down syndrome. Hal itu agar anak down syndrome mendapat dukungan dan kesempatan dalam pendidikan.
Kemendikbudristek mengangkat tema Kita Istimewa dalam perayaan Hari Down Syndrome Sedunia 2024. Tiap individu memiliki nilai unik dan istimewa, termasuk anak dengan Down Syndrome.
Kisah Sukses Kemal
Orangtua sukses yang mendidik Kemal M Rizky putranya sebagai penyandang Down Syndrome, Early Roza mengatakan adanya penolakan terhadap anak justru akan menghambat tumbuh kembang mereka. Hal ini dikarenakan anak tidak mendapatkan perhatian dan perlakuan yang baik dan maksimal dari orang tua.
“Padahal anak-anak ini memerlukan perhatian lebih dari orang tuanya,” tegasnya.
Diceritakan, ketika mengandung putra pertamanya itu dia tidak mengetahui karena pada tahun 2000 teknologi kedokteran belum seperti sekarang yang memiliki alat Ultrasonografi 3D sehingga dapat diketahui apakah sang buah hati dikandungan memiliki kelainan kromosom dan menyandang down syndrome.
“Saya tahu setelah tiga hari persalinan dokter mengatakan anak saya positif DS. Kemudian saya memeriksakan tes darah untuk memastikan. Begitu diketahui positif saya sempat takut, panik dan bingung bagaimana nanti merawat buah hatinya itu,” ujar Early Roza.
Dikatakan beruntung dirinya dengan cepat mendapat dukungan dan support dari Orangtua yang juga memiliki anak DS yang tergabung di Potads. “Oleh mereka saya dikuatkan dan mendapat pengetahuan bagaimana memperlakukan buah hati saya ini. Bagaimana memberikan pendidikan secara layak,” ujarnya.
Disebutkan, dirinya setelah Kemal bertumbuh secara baik langsung mencarikan sekolah untuknya. Pada tahun 2007 hingga 2013 sang anak disekolahkan ke Sekolah Inklusif di Cibubur yaitu SD Al Jannah Islamic Fullday School. “Saya mendapat sekolah 30 KM jaraknya dari rumah. Sekolahnya 3 hingga 4 kali lebih mahal dari sekolah reguler. Karena saya harus membayar shadow teater, guru pendamping dan juga psikolog,” ujarnya.
Kemudian, lanjutnya lulus dari SD dia menyekolahkan Kemal ke SMP Homeschooling Kak Seto tahun 2016 hingga 2019. Kemudian lanjut ke SMA di Home Schooling Persada dari tahun 2016 hingga 2019. “Alhamdulillah dua sekolah hotel schooling ini tidak terlalu mahal buat kami,” ujarnya.
Ketika sang anak ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi, dirinya sempat kebingungan bagaimana mungkin. “Beruntung Universitas Yarsi Jakarta membuka pintu buat Kemal. Dia dengan bimbingan dan perlakuan khusus tentunya dapat mengikuti perkuliahan dan baru saja wisuda dari Program Studi Perpustakaan dan Sain Informasi yang ditempuh dari tahun 2019 hingga 2023,” ujarnya.
Sementara itu, Kemal M Rizky anak dari pasangan Early Roza dan Alphieza Syam dengan bangga menyebutkan bahwa kunci sukses dirinya berhasil meraih gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan karena orangtuanya tidak pernah menyerah dalam mendidik, membesarkan serta menyayangi dirinya.
Kemal yang lahir pada 8 Juli 2000 di Jakarta mengaku selain gemar membaca buku, dirinya juga memiliki hobby main Biola, bermain olahraga panahan dan bowling. “Alhamdulillah saya lulus dengan IPK 3,62 dengan waktu tepat 8 semester. Kalo main Biola saya lakukan sudah sejak SD. Saya suka musik sama baca buku,” ujar Kemal.
Saat ini, Kemal sudah bekerja design grafis di salah satu perusahaan di Jakarta. “Tugas saya membuat poster, flyer. Saya memang suka gambar dengan menggunakan komputer,” ujarnya.
“Pesan saya kepada orangtua dan teman-teman semua jangan pernah menyerah. Karena kita ini bisa kalo mau terus belajar dan diberikan kesempatan,” katanya.
Deteksi Dini Dimasa Kehamilan
Eliza Octavianti Rogi, Ketua Umum Persatuan Orangtua Anak Dengan Down Syndrome mengatakan janin dengan down syndrome dapat dideteksi sejak dini melalui pemeriksaan di masa awal kehamilan. Adanya indikasi down syndrome ini dapat dilihat lewat pemeriksaan Ultrasonografi (USG).
“Kehamilan dengan janin down syndrome tidak menunjukkan gejala khusus pada ibu hamil, tapi bisa diketahui dengan melakukan pemeriksaan USG,” terangnya saat dihubungi secara terpisah.
Down Syndrome muncul bukan karena faktor keturunan. Namun, kelainan ini disebabkan oleh hadirnya kromosom 21 rangkap tiga atau disebut dengan trisomi 21. Dengan kata lain, down syndrome ini dikarenakan kelainan pada kromosom nomor 21.
Dijelaskan pemeriksaan USG tahap awal dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kelainan pada janin. Seperti penebalan tulang tengkuk pada usia kehamilan 11-14 minggu. Apabila penebalan area tersebut melebihi 3 mm maka janin dicurigai down syndrome.
Jika hasil USG menunjukkan janin terkena down syndrome, dia mengatakan perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan melalui tes darah. Pemeriksaan darah tersebut untuk karyotyping guna memastikan kromosom janin positif trisomi 21 atau tidak. Berikutnya, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan pada trisemester kedua melalui USG lanjutan untuk melihat apakah terdapat kelainan organ janin.
“Jika kelainan yang terjadi cukup berat sehingga menyebabkan bayi tidak mampu bertahan hidup setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan pengakhiran kehamilan atau terminasi,” paparnya.
Janin dengan kelainan kromosom ini, dikatakan, biasanya juga akan mengalami kelainan pada organ-organ lainnya. Beberapa diantaranya mengalami kelainan pada jantung, kanencephali atau tidak memiliki tempurung kepala, kelainan ginjal, kelainan perkembangan organ gastrointestinal, serta bibir sumbing.
Menurutnya, risiko kejadian down syndrome dapat diminimalkan yakni dengan hamil di usia reproduksi sehat antara 20-35 tahun. Apabila kehamilan di luar usia reproduksi sehat, maka kemungkinan janin mengalami down syndrome akan semakin tinggi. Namun begitu, risiko pada usia kehamilan sehat juga tetap ada.
Penulis: Eko Harsono/PDM07
InfoTerkini
Internalisasi Pembangunan ZI-WBBM Episode ke 57, Bangun Pola Hidup Sehat Dengan Gizi Seimbang
Berita 2025-04-18 | 15:53:00
...
selengkapnya