Berita
Kesejahteraan Ibu dan Anak Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan Menjadi Prioritas Percepatan Capaian SDG’S
Berita 2024-11-22 | 16:35:00
PAUDPEDIA —- Periode 1000 hari pertama kehidupan anak (1000 HPK) yang berlangsung sampai usia 2 tahun nanti merupakan masa yang tidak bisa terulang dan tidak boleh disia-siakan. Sebab, anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Terutama perkembangan otak dan fungsi-fungsi kognitifnya. Oleh karena itu, memastikan 1000 HPK si Kecil berlangsung optimal adalah bekal terbaik yang dapat disiapkan agar ia tumbuh menjadi generasi emas di masa depan.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (MenPPPA), Arifah Fauzi menyoroti aspek terkait pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak sebagai prioritas utama dalam percepatan capaian SDG’s. Hal ini disampaikan pada kegiatan SDG’s Summit 2024 yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia yang mengambil tema: “Menjembatani Kesenjangan Implementasi: Memastikan Tidak Ada yang Tertinggal dalam Mencapai SDG.”
Menteri PPPA menyampaikan sejumlah langkah strategis yang telah dan akan dilakukan Kemen PPPA, seperti penguatan kebijakan dan hukum melalui implementasi UU No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual serta UU No. 4 Tahun 2024 tentang Kesejahteraan Ibu dan Anak pada Seribu Hari Pertama Kehidupan.
Selain itu, program unggulan 2025-2029 Kemen PPPA berupa Ruang Bersama Merah Putih, merupakan inisiatif berbasis desa yang fokus pada perempuan dan anak. Program ini melibatkan berbagai kementerian dan masyarakat untuk menyediakan layanan kesehatan, pendidikan, dan ruang bermain berbasis kearifan lokal.
Menteri PPPA juga menekankan pentingnya peran aktif dan partisipasi generasi muda dalam menciptakan solusi inovatif dari berbagai persoalan yang terjadi diseputar perempuan dan anak, "Mahasiswa memiliki peran strategis untuk mengatasi isu seperti kekerasan seksual, ketimpangan, dan stunting. Kami berharap kolaborasi dengan kampus dapat menghasilkan aksi nyata, yang didasarkan pada Tri Dharma Perguruan Tinggi termasuk penelitian hingga pengabdian masyarakat," ujar Menteri PPPA.
"Setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini akan berdampak besar bagi masa depan. Bersama-sama, mari kita bergerak untuk membentuk dunia yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan," pungkas Menteri PPPA.
Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Pungkas Bahjuri Ali, turut menyampaikan bahwa generasi muda memiliki peran krusial dalam pencapaian SDGs 2030.
"Generasi Muda adalah agen perubahan dengan energi, kreativitas, dan determinasi untuk mendorong kemajuan. Meskipun tantangan seperti kesenjangan pendidikan dan distribusi sumber daya masih ada, Indonesia telah menunjukkan kemajuan melalui integrasi SDGs dalam perencanaan nasional, penguatan pusat SDGs, dan inovasi pembiayaan," ungkap Pungkas.
Pungkas mencontohkan beberapa inisiatif pemuda yang sukses, seperti e-Waste Archive untuk pengelolaan limbah elektronik, kegiatan lingkungan di JobBar, serta program edukasi remaja oleh Forum GenRe. "Mari jadikan semangat ini sebagai dorongan untuk mengubah ide menjadi aksi nyata demi tercapainya target SDGs secara inklusif," ujar Pungkas.
Direktur Kemahasiswaan Universitas Indonesia, Badrul Munir pada kesempatan yang sama turut mengapresiasi program tahunan WISTG Summit ini "Acara ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memahami kerangka kerja yang relevan dalam kontribusi kepada masyarakat, negara, dan pengembangan diri," ujar Badrul.
“Tahun ini, dengan kehadiran Menteri PPPA, fokus diskusi mencakup edukasi, pemberdayaan ekonomi, perlindungan anak, dan pemberdayaan perempuan. Dengan dukungan berbagai mitra strategis, WISTG Summit diharapkan dapat mendorong mahasiswa untuk berkarya secara terstruktur, fokus, dan memberikan manfaat nyata. Kami juga mendukung program pengabdian masyarakat yang menjangkau seluruh wilayah Indonesia," pungkas Badrul.
Dengan semangat kolaborasi dan aksi nyata, Universitas Indonesia SDGs Summit 2024 menjadi momentum penting untuk memperkuat komitmen bersama dalam membangun Indonesia yang lebih baik, lebih adil, dan lebih berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045.
Tentang 1000 Hari Kehidupan
Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) adalah periode 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pertama kehidupan bayi setelah lahir. Periode ini juga dikenal sebagai "periode emas" karena merupakan masa yang penting untuk tumbuh dan kembang anak.
Selama 1000 HPK, seluruh organ penting dan sistem tubuh anak mulai terbentuk dengan pesat. Perkembangan yang terjadi di antaranya: Kesehatan saluran cerna, Perkembangan organ metabolik, Perkembangan kognitif, Pertumbuhan fisik, Kematangan sistem imun.
Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan dibagi ke dalam 3 fase, yakni di 270 hari kehamilan, 365 hari di tahap perkembangan bayi dari 0-12 bulan, dan 265 hari di tahun kedua bayi. Sepanjang masa ini, fisik dan organ-organ vital dalam tubuh bayi terus bertumbuh dan berkembang dengan cepat.
Pada fase ini perkembangan otak bayi juga terjadi dengan begitu pesat. Sejak dalam kandungan, ubun-ubun bayi akan tetap terbuka agar otak bisa terus berkembang dengan sempurna hingga 24 bulan kemudian atau menutup tepat di usia 2 tahun.
Setelah 1000 HPK anak, bagian ini akan menutup dan membentuk tengkorak yang padat. Proses perkembangan otak serta penutupan ubun-ubun inilah yang menjadi fondasi bagi perkembangan kecerdasan dan keterampilan bayi.
Saat anak lahir, pertumbuhan otak hanya mencapai sekitar 25 persen. Namun begitu menginjak usia 2 tahun nanti, pembentukan otak mengalami percepatan hingga 80 persen.
Oleh karena itu, 1000 HPK disebut juga dengan masa keemasan anak, the golden period, atau window of opportunity untuk mengoptimalkan perkembangan bayi.
Seribu HPK juga dikatakan sebagai periode sensitif, karena di masa inilah fungsi dan kemampuan dasar bayi sebagai manusia sedang berkembang. Maka di periode ini jugalah penting bagi Mama membekali diri sendiri dengan informasi lengkap mengenai cara pemberian ASI eksklusif, cara merawat bayi, jadwal imunisasi bayi, hingga proses menyiapkan dan pemberian MPASI atau pemberian ASI secara eksklusif.
Sebab ketika terjadi gangguan pada periode sensitif ini, dampak negatif yang ditimbulkannya bisa bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Dampak tersebut tidak hanya pada pertumbuhan fisik bayi, tapi juga mempengaruhi perkembangan mental dan kecerdasannya.
Penyunting: Eko Harsono
Sumber: Siaran Pers KemenPPPA
InfoTerkini
Kemenko PMK Gelar Rakor PAUD-HI Bidang Pengasuhan, Kesejahteraan dan Perlindungan
Berita 2024-11-21 | 16:35:00
...
selengkapnya